Minggu, 08 November 2015

BANGGA JADI INDONESIA

Hi!

Sekitar dua bulan yang lalu aku menggeser lemari yang  menutupi jendela kamarku, mencoba untuk berani melawan ketakutan akan hantu, pecundang? Ya.
Sekarang aku duduk dan menghadap jendela, mengamati dan mengahayati hujan- suara hujan selalu berhasil membuatku tenang. Aku tersenyum dan tanpa sengaja melihat selempang bertuliskan Runner Up I Indonesia Youth Icon 2015 yang kuletakkan di dekat meja belajar. “Ingatan tidak bisa bertahan lama”, gumamku, lalu aku membuka laptop dan memutuskan untuk menulis pengalaman ini, pengalaman yang aku (re:kami) tidak akan pernah lupakan.
Dimulai dari Indonesia Youth Icon. Apa itu?

Indonesia Youth Icon merupakan rangkaian kegiatan yang telah disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendapatkan para remaja calon pemimpin bangsa yang menjiwai Wawasan Kebangsaan, memiliki pengetahuan, keahlian, serta sikap luhur dan terpuji yang akan kembali menghidupkan rasa nasionalisme dan patriotisme di sanubari para generasi muda Indonesia. Remaja-remaja inilah yang akan menjadi kader bangsa yang sukses dan dikagumi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik nantinya.
Kami (para finalis) dijaring melalui roadshow ke sekolah-sekolah dan ada juga yang mendaftar secara online. Setelah pendaftaran online ditutup dan roadshow berakhir, diadakan Technical Meeting agar kami siap mengikuti Pelatihan Kebangsaan Merah Putih selama enam hari. 
Video Technical Meeting bisa dilihat disini 

TM dilaksanakan di Ulos Cafe, Santika Dyandra 
(kiri) Bu Mora Nasution, founder IYI yang super cantik! 
Pelatihan Kebangsaan Merah Putih pun dimulai, bertempat di Lapangan Benteng Medan, kami juga dilatih langsung oleh bapak-bapak tentara yang super hebat! Kami diajarkan disiplin militer, tata cara makan militer, pentingnya jiwa korsa dan mulai dekat dengan teman-teman baru. Baru hari pertama saja aku udah mulai merasa bergetar, aku merasa lebih kuat. Di hari pertama ini, aku langsung teringat dengan kakekku yang dulunya juga seorang tentara. Meski aku tidak sempat mengenal bulang karena sudah meninggal sebelum aku lahir, melalu pelatihan ini aku seperti merasa telah hidup seperti beliau, "sulit", kataku.
Memang terdengar seperti berpikir terlalu jauh, tetapi di hari pertama itu aku mengucapkan rasa terima kasih yang sangaaat besar untuk pahlawan-pahlawan Indonesia terdahulu yang karena jasa mereka lah aku mampu hidup aman seperti ini, rasa syukur ku meningkat sangat tinggi hingga tak ada celah lagi untuk mengeluh. 
Setelah selesai kegiatan di lapangan, kami masuk ke aula kodim dan mendapat ilmu yang mungkin tak semua orang bisa dapatkan, yaitu ilmu tentang senjata. Semangat 55!

Capek? Siap, tidak!

Ilmu, datanglah~
Inda, itu senjata (asli)  bukan gitar.. 
Bukan hanya pengetahuan soal dunia militer, kami juga diberi pengetahuan mengenai wawasan kebangsaan, dorongan untuk mengenal diri sendiri dan di motivasi untuk menggunakan potensi diri masing-masing. Banyak pembicara-pembicara hebat yang sangat  memotivasi dan mengajak kami untuk berfikir kritis dan lebih peka terhadap hal-hal kecil sekitar kita karena banyak hal kecil yang bisa kita lakukan. Hal-hal kecil itu bisa berpotensi membentuk satu kekuatan besar dan bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain. Berbicara tentang mengenal diri, sebelumnya aku sadar bahwa mengenal diri itu sangatlah penting, tapi aku tak pernah sadar bahwa sepenting itu. Sangat penting. Aku menyimpulkan bahwa dengan mengenal diri sendiri, kita bisa mengerucutkan diri dan memposisikan kemampuan atau keaahlian kita di puncak sehingga kita bisa fokus pada satu titik yang bisa membawa diri kita ke puncak kesuksesan. Secara otomatis kubuka catatanku dan kutulis "tak ada yang mengenal diriku sebaik diriku, orang yang bisa membuatku naik atau jatuh adalah diriku sendiri". 
Setelah mengenal diri sebagai nasi, maka bersyukur adalah lauknya. Tak jarang ketika sudah mengenal diri dan mengetahui kekurangan, kelebihan serta apa yang kita punya (tak punya) timbul rasa tak puas, benci terhadap diri sendiri, cemburu terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain hingga potensi yang sebenarnya kita miliki dan bisa kita olah terbengkalai begitu saja karena sibuk memikirkan kepemilikan orang lain. Syukur- bersyukurlah dengan apa yang kau punya, gunakan, dan berfikir bahwa banyak orang lain yang ingin memiliki sesuatu darimu atau bahkan menjadi dirimu. Masih sanggupkah kau untuk menyia-nyiakan dirimu berikut potensi di dalamnya?

"Saya beri kalian kesempatan untuk menjudge diri kalian sendiri"
"Coba lihat diri kalian 5 tahun kedepan dan ajak dia bicara"
-Bukan Tidur-
Hari demi hari berlalu dan kami terus mengikuti pelatihan, dengan kata lain amunisi ilmu dalam diri kami semakin terisi. Bukan hanya amunisi ilmu yang diberikan, tetapi amunisi perut pun ikut dipenuhi. Snack dan makan siang yang banyak, yumm!! Sayang sekali tidak semua orang (terutama cewek-cewek) memiliki daya tampung perut yang banyak seperti ku, jadi terkadang makanannya tidak habis dan teman pun selalu siap membantu karena makanan bukanlah hal yang bisa disia-siakan! Sebenarnya dari kegiatan makan ini, banyak sekali hal yang bisa dipelajari seperti hal kebersamaan dan kebersihan. Kebersamaan, kami harus memastikan semua teman kami sudah mendapatkan makanan baru semua orang boleh makan, tak boleh ada rasa egois! Lalu setiap orang memiliki kesadaran untuk membuag sampah makanannya hingga tak ada yang tersisa.
Kita ini satu, sama rata sama rasa. Kita ini saudara, bagaimana mungkin kita sanggup makan jika saudara kita sendiri belum memiliki makanan atau minuman?
Satu hal lagi yang tak kalah penting, sebelum dan sesudah makan kami selalu doa bersama, bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.


*Bukan foto rekayasa* *keduanya untung*
Duduk siap gerak!
Siapa kita? INDONESIA!
Di hari terakhir, kami berkesempatan untuk menunjukkan minat dan bakat masing-masing. Tiap finalis sangat hebat dengan minat dan bakat masing-masing. Ku gelengkan kepalaku dan bergumam, banyak sekali pemuda hebat dan berbakat, Aku harus optimis bahwa banyak perubahan baik yang bisa kami lakukan untuk negara. Tak jauh-jauh, dimulai dari minat dan bakat kami yang bisa membuat Indonesia semakin bangga dan hebat dimata orang banyak. 
Olahraga, seni, penemuan dan inovasi baru, pemikiran hebat, semuanya sangat luar biasa! 
Dan seperti hari-hari terakhir biasanya, persahabatan pun mulai terjalin dan rasa akrab itu semakin menguat dengan teman-teman lainnya, bahkan dengan relawan! 

Ketika penyaksian sesi minat dan bakat
wong jowo wong karo wong nias wong minang wong apa aja gabung jadi satu, bhineka tunggal ika? iya!!
berteman dan bersaudara tanpa pandang bulu tanpa pandang suku!


Kami akan melakukan apapun untuk negara ini. banyak hal yang kami pelajari, renungi dan sadari. Kami bisa dan kami mau. NKRI harga mati. Pancasila, kami janji. Lihatlah, lilin-lilin ini menjadi saksi

Pelatihan pun selesai dan bertepatan tanggal 28 Oktober (Hari Sumpah Pemuda) acara puncak dilaksanakan di Hotel Santika Dyandra Medan. Acara sangat ramai, dihadiri oleh berbagai orang penting dan hebat serta teman-teman pemuda juga ikut hadir dalam acara ini.
Tak perlu menulis panjang, aku deskripsikan melalui foto-foto aja karena aku sangat takbisa berkata apa-apa. Aku terharu.
Gladi sebelum penampilan kami :)

74 finalis hebat sangat bersemangat. Perhatikan sekitar, lihat bendera-bendera itu. Semangat semakin membara untuk Indonesia
Penyerahan bendera untuk penyelenggaraan IYI tahun berikutnya 
Aku, ngapain hayo?

Fathan, Aku, Arbi (Runner Up II, Runner Up I dan Indonesia Youth Icon 2015
Selamat, Arbi!!

(depan) 10 duta Indonesia Youth Icon 2015

Ibu Teti dan Bunda Mora, dua wanita hebat di balik layar IYI ini!!!


Terimakasih atas pelukannya, Bu Mora. 

Teman bukan sekedar teman, tapi saudara yang hebat. Banyak hal berbeda diantara kita semua, tapi banyak juga yang menyatukan kita. Bagaimanapun, kita Indonesia!




Aku tau tulisan ini sangat singkat. Tidak semua hal bisa ku tuliskan secara rinci. Hanya saja secara pribadi aku ingin berterimakasih sebanyak-banyaknya untuk:
Semua orang yang ikut membantu pelaksanaan Indonesia Youth Icon 2015 ini. Siapapun, apapun yang telah dikerjakan hingga kami pun terpilih. 
Sebagai Runner Up I Indonesia Youth Icon 2015, aku sadar, kalau piala, selempang, dan hadiah-hadiah lainnya bukan apa-apa tapi tanggung jawab dari ku, untuk Indonesiaku. Terimakasih karena telah membuatku tidak merasa sendiri, telah mempertemukan ku dengan orang hebat lainnya yang mengemban tugas untuk Indonesia lebih baik. Kita semua adalah pemenang, kita semua luar biasa. Kita semua harus bisa mengajak dan menginspirasi orang terdekat kita. 
Terimakasih karena telah menumbuhkan lagi nilai nasionalis dan cinta terhadap negeri ini. Filosofi berharga banyak sekali kudapat, misalnya filosofi tiang bendera dan lupis. Haha. 
Terimakasih karena telah memberikanku satu keluarga baru lagi dan aku dengan tegas dan lantang mengatakan bahwa aku BANGGA JADI INDONESIA. 

daah! 
Medan, 8 November 2015


















Senyum bahagia, mengerti?

Pertanyaannya adalah mengapa..

senyum itu, ya aku mengerti 

Aku terkenal memiliki senyum yang sangat lebar dan suara tawa yang sangat kencang. Sebenarnya aku nyaris tak bisa tersenyum, aku hanya bisa tertawa. Terkadang aku benci itu, terutama saat seseorang diam-diam mengambil foto diriku saat aku sedang tertawa lebar. Rasanya si pelaku ingin langsung ku makan saja untuk menghilangkan foto itu. 
Aku sangat sering bercanda dan tertawa hingga banyak yang berfikir bahwa hidupku sangatlah bahagia. Ya, aku bahagia. Tunggu, aku mencoba untuk selalu bahagia. "Semua itu ada hikmahnya, Nak", begitu kata ibuku sehingga tak ada ruang sedih di dalam hidupku karena aku yakin hal buruk memang harus terjadi agar manusia memiliki batu loncat menuju kesuksesan yang lebih jauh.
Aku mengenal orang ini, orang yang sering tersenyum sepertiku. Hanya saja senyumnya tidak selebar dan suara tawanya tidak sekencang suaraku. Sosok baik, peduli dan mudah akrab itu menjadi sangat dekat denganku. Oke, langsung saja, aku menyukai orang ini- jauh sebelum kami bertemu. Gila, suka bahkan disaat aku belum pernah melihatnya. Karena sama-sama memiliki rasa humor yang tinggi dan TERNYATA kami berdua adalah tukang bicara yang selalu ada bahan cerita kami pun semakin dekat. Bahasan apa saja bisa menjadi menarik dan lucu sekali untuk diperbincangkan. Semakin dekat dan semakin dekat, permasalahan pribadi pun mulai berani dibicarakan, mungkin karena rasa percaya dan keakraban sudah timbul. Saran saling diberikan dan tukar pikiran menjadi hal yang sangat menyenangkan. Semua baik-baik saja, sampai aku menyadari bahwa ia menyukai teman dekatku. Sangat dekat denganku, saat kutanyakan langsung, ternyata jawabannya adalah benar. Respon yang kuberikan bukanlah respon mengejutkan, tetapi aku hanya tertawa seperti biasa dan terus mengolok-olok dengan maksud menutupi perasaan aneh yang sangat menggelitik dalam diriku.
Tidak, ini bukan pertama kali hal seperti ini terjadi padaku, bahkan lebih parah lagi, dia selalu menceritakan dan bertanya segalanya tentang temanku denganku, Kudengarkan ia dengan penuh antusias, kujawab pertanyaannya dengan pasti dan benar, kenapa? karena tiap kali dia bercerita dan mendengarkan penjelasanku tentangnya, ia mengeluarkan senyum itu- tanpa dia sadari. Bahkan ketika melihat temanku saja tanpa berbicara, terpancar binar-binar lucu yang sebenarnya membuat wajahnya terlihat menjijikkan, haha. Tapi aku menyukainya. Kembali ke persoalan senyum, aneh sekali. Bagaimana mungkin senyum orang lain bisa membuatmu ikut bahagia meski secara logika perasaanmu harus sedih? Ku lakukan apa yang harus ku lakukan, agar senyum dan binar menjijikkan itu bisa selalu kulihat dan akhirnya membuatku tersenyum kembali. Hidup ini sangat sederhana dan mudah sekali untuk bahagia. 
Tersenyumlah, tanpa kau sadari mungkin ada yang sangat senang ketika melihatmu tersenyum.
Berbuat baiklah, karena perbuatanmu bisa membahagiakan orang lain dan bahagia sesungguhnya adalah ketika berhasil membuat dan melihat orang lain bahagia. 
Jika kau tanya mengapa harus seperti itu, mengapa aku harus melakukan hal demikian, dan mengapa-mengapa lainnya. Jawabannya adalah; jangan tanya mengapa. Tetapi coba lakukanlah. Meski alasannya sangat bodoh dan sederhana; senyum itu dan kau akan mengerti.